Pound Sterling Melemah di Tengah Sikap Hati-Hati BoE dan Meredanya Tekanan Inflasi Inggris
Pound Sterling tergelincir setelah BoE menahan suku bunga di 4%. Sinyal dovish dan inflasi yang mereda menekan ekspektasi kebijakan moneter Inggris.
Pound Sterling (GBP) kembali menunjukkan performa melemah terhadap sebagian besar mata uang
Pound Sterling (GBP) kembali menunjukkan performa melemah terhadap sebagian besar mata uang utama pada perdagangan Jumat, seiring dengan menurunnya optimisme pasar setelah keputusan kebijakan moneter terbaru dari Bank of England (BoE). Keputusan bank sentral untuk menahan suku bunga acuan di 4% menjadi faktor utama yang menekan mata uang Inggris ini, di tengah tanda-tanda bahwa tekanan inflasi mulai mereda dan prospek kebijakan yang lebih longgar kian terbuka.
Keputusan BoE pada pertemuan bulan November kali ini bukanlah hal yang mengejutkan, namun detail dari hasil pemungutan suara memberikan sinyal dovish yang kuat. Dari sembilan anggota Komite Kebijakan Moneter (Monetary Policy Committee/MPC), lima memilih untuk mempertahankan suku bunga di level saat ini, sementara empat anggota lainnya memilih untuk menurunkannya sebesar 25 basis poin. Rasio suara yang tipis tersebut menunjukkan meningkatnya perdebatan internal mengenai arah kebijakan selanjutnya di tengah perlambatan ekonomi Inggris.
Menariknya, untuk pertama kalinya sejak bergabung dengan komite, Deputi Gubernur Sarah Breeden memilih untuk mendukung pemangkasan suku bunga. Ia bergabung dengan anggota MPC lainnya seperti Swati Dhingra, Dave Ramsden, dan Alan Taylor yang menilai bahwa tekanan harga sudah cukup mereda untuk memungkinkan kebijakan moneter yang lebih longgar. Hal ini memperkuat persepsi pasar bahwa era suku bunga tinggi di Inggris mulai mendekati akhirnya.
Dalam pernyataan resminya, BoE menegaskan bahwa inflasi di Inggris kemungkinan akan terus menurun dalam beberapa bulan ke depan, meskipun bank sentral tetap berhati-hati terhadap potensi risiko ketahanan inflasi di sektor jasa dan pasar tenaga kerja. “Permintaan yang lemah dapat membebani inflasi dalam jangka menengah,” tulis BoE dalam laporannya. “Sementara itu, risiko dari inflasi yang lebih persisten tampak semakin berkurang.”
Gubernur BoE, Andrew Bailey, mempertegas bahwa arah kebijakan moneter kini cenderung menurun, meski bank sentral belum siap untuk memangkas suku bunga dalam waktu dekat. “Kami perlu melihat bukti yang lebih meyakinkan bahwa inflasi akan terus turun menuju target sebelum mengambil langkah pelonggaran lebih lanjut,” ujarnya dalam konferensi pers pasca-keputusan. Bailey juga menambahkan bahwa BoE kemungkinan akan “tetap pada jalur penurunan suku bunga yang bertahap,” menandakan pendekatan yang sangat hati-hati untuk menghindari kebangkitan tekanan harga baru.
Sinyal kehati-hatian tersebut datang di tengah indikator ekonomi yang menunjukkan melambatnya aktivitas domestik Inggris. Data terkini memperlihatkan bahwa pertumbuhan ekonomi stagnan, sementara sektor perumahan dan konsumsi rumah tangga terus menghadapi tekanan akibat tingginya biaya pinjaman. Dengan demikian, tekanan terhadap Pound Sterling kian meningkat, karena investor menilai peluang pelonggaran kebijakan moneter tahun depan semakin besar.
Dari sisi eksternal, penguatan Dolar AS juga memberikan tekanan tambahan terhadap GBP. Ekspektasi pasar terhadap Federal Reserve (The Fed) yang semakin dovish menyusul pelemahan data tenaga kerja AS sempat menahan penguatan Dolar, namun stabilitas greenback tetap menjadi faktor penyeimbang di pasar global. Indeks Dolar AS (DXY) masih bertahan di dekat area 99,80, sementara imbal hasil obligasi AS bergerak turun terbatas.
Sementara itu, investor juga mencermati potensi pergeseran arah kebijakan antara BoE dan bank sentral utama lainnya seperti Federal Reserve dan European Central Bank (ECB). Jika BoE bergerak lebih cepat dalam memangkas suku bunga, selisih imbal hasil antara Inggris dan AS bisa semakin melebar, yang berpotensi memperlemah GBP lebih jauh. Dalam jangka menengah, analis memperkirakan GBP/USD dapat tertekan menuju area 1,2900, terutama jika inflasi Inggris terus bergerak menurun.
Dari sisi teknikal, pergerakan Pound Sterling terhadap Dolar AS menunjukkan kecenderungan bearish jangka pendek. Setelah sempat menguat mendekati 1,3170 pada awal minggu, pasangan GBP/USD kini bergerak di bawah 1,3100, menandakan kehilangan momentum bullish. Area support terdekat berada di kisaran 1,3040, sementara resistance kuat terlihat di 1,3180. Jika tekanan jual berlanjut, pasangan ini berpotensi menguji support berikutnya di area psikologis 1,3000.
Analis pasar memperkirakan bahwa kinerja Pound ke depan akan sangat bergantung pada data inflasi dan upah Inggris dalam beberapa minggu mendatang. Jika tren penurunan harga konsumen berlanjut, peluang BoE untuk memangkas suku bunga pada awal 2026 semakin terbuka lebar. Namun, jika data menunjukkan bahwa inflasi jasa masih kaku atau pasar tenaga kerja tetap ketat, bank sentral mungkin akan menunda langkah tersebut.
Secara keseluruhan, meskipun BoE masih mempertahankan kebijakan suku bunga tinggi untuk saat ini, arah kebijakan yang lebih dovish kini mulai terbentuk. Dengan inflasi yang semakin terkendali dan pertumbuhan ekonomi yang rapuh, prospek Pound Sterling dalam jangka pendek tampak rapuh. Investor disarankan untuk tetap berhati-hati terhadap volatilitas pasar, terutama menjelang rilis data ekonomi penting Inggris dan Amerika Serikat pekan depan.
