level

JPY Terpuruk Dekat Level Terendah

Yen Jepang melemah mendekati level terendah multi-bulan karena kekhawatiran intervensi meningkat dan Bank of Japan memberi sinyal kemungkinan kenaikan suku bunga lebih cepat. Baca analisis lengkap tentang faktor fundamental, risiko kebijakan, dan prospek JPY ke depan.

Yen Terperosok Dekat Level Terendah: Risiko Intervensi Naik Saat BoJ Kian Hawkish

Yen Jepang (JPY) tetap diperdagangkan sangat lemah pada awal pekan, berada dekat level terendah terbaru setelah pasangan USD/JPY menembus titik puncak mingguan di 157,89 pada akhir minggu lalu. Pergerakan agresif ini memperpanjang depresiasi Yen yang terjadi sejak kemenangan Sanae Takaichi dalam pemilihan kepemimpinan Partai Demokrat Liberal (LDP), yang mendorong kenaikan USD/JPY sebanyak 10 big figures hanya dalam beberapa minggu.

Menurut analis valuta asing MUFG, Lee Hardman, pelemahan Yen secara tajam dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran terhadap arah kebijakan fiskal pemerintah, terutama setelah Tokyo mengumumkan paket stimulus yang jauh lebih besar dari proyeksi awal. Respons pasar terhadap stimulus besar ini memicu kenaikan tajam imbal hasil obligasi pemerintah Jepang (JGB), khususnya tenor 10 tahun, yang sempat menyentuh 1,85%, level tertinggi siklikal sebelum akhirnya mundur sedikit di bawah 1,80%.

Walau penurunan imbal hasil membantu meredakan tekanan jual jangka pendek pada Yen, gambaran besar tetap menunjukkan bahwa mata uang Jepang berada dalam posisi yang sangat rapuh dan undervalued. Kondisi inilah yang semakin memicu kekhawatiran otoritas Jepang—baik dari Kementerian Keuangan, Bank of Japan (BoJ), maupun pemerintahan pusat.

BoJ Isyaratkan Urgensi Kenaikan Suku Bunga: Nada Hawkish Semakin Kuat

MUFG menyoroti bahwa pelemahan Yen yang cepat dan sepihak telah menimbulkan alarm di kalangan pembuat kebijakan Jepang. Otoritas kini semakin terbuka untuk melakukan intervensi langsung di pasar valuta asing jika volatilitas meningkat.

Namun yang jauh lebih signifikan bagi pasar adalah perubahan nada dari internal Bank of Japan.

Komentar BoJ: Sinyal Yang Tidak Bisa Diabaikan

Pada Jumat malam, media Nikkei merilis wawancara eksklusif dengan anggota Dewan Kebijakan BoJ, Kazuyuki Masu, yang menyampaikan pernyataan mengejutkan:

“Saya tidak bisa mengatakan bulan apa, tetapi dalam konteks jarak, kami dekat (dengan kenaikan suku bunga selanjutnya).”

Komentar ini sangat penting karena:

  • Masu dikenal sebagai salah satu anggota BoJ yang sebelumnya paling dovish

  • Ia menyebut suku bunga saat ini terlalu rendah dibanding tingkat netral

  • Ia menegaskan bahwa Jepang perlu bergerak cepat untuk menormalisasi kebijakan

Pandangan hawkish ini menjadi tanda bahwa ketidakseimbangan nilai tukar dan tekanan inflasi yang terus bertahan telah mengubah cara BoJ menilai risiko kebijakan. Bahkan para “dovish” kini memberikan sinyal perubahan haluan.

Nada Hawkish BoJ: Bukan Hanya Masu

Masu bukan satu-satunya pejabat yang khawatir.

  • Gubernur BoJ Kazuo Ueda pekan lalu kembali menekankan bahwa pelemahan Yen berpotensi memengaruhi kondisi inflasi dan ekspektasi harga.

  • Junko Koeda, anggota lain dewan kebijakan, juga menilai bahwa pelemahan Yen yang berkelanjutan dapat mengharuskan BoJ untuk mempercepat normalisasi kebijakan.

Pesan ini konsisten: BoJ semakin tidak nyaman dengan depresiasi Yen.

Intervensi? Kenaikan Suku Bunga? — Pasar Bersiap

Menurut MUFG, retorika terbaru BoJ membuka kemungkinan besar bahwa:

  • Kenaikan suku bunga dapat terjadi pada Desember atau Januari,

  • meskipun pasar masih ragu karena perdebatan internal pemerintah mengenai dampak kebijakan ketat terhadap pertumbuhan.

Pasar mengakui bahwa ada dinamika politik-fiskal yang rumit:

  1. Pemerintah mendorong stimulus besar untuk mendukung konsumsi dan pertumbuhan.

  2. Kenaikan suku bunga BoJ bisa mengimbangi efek stimulus, yang membuat pemerintah kurang antusias pada pengetatan dini.

  3. Namun pelemahan Yen yang ekstrem menimbulkan masalah jangka panjang — termasuk tekanan pada impor dan biaya energi.

Inilah dilema kebijakan Jepang:
melindungi Yen atau menjaga momentum ekonomi?

Mengapa Yen Sangat Undervalued?

Beberapa faktor utama yang terus menekan JPY:

1. Divergensi Kebijakan Moneter Global

The Fed, ECB, dan BoE telah menaikkan suku bunga drastis sejak 2022, sedangkan BoJ baru mulai bergerak.

2. Ketergantungan Jepang pada Impor Energi

Pelemahan Yen membuat biaya impor lebih mahal, memperburuk tekanan inflasi.

3. Yield JGB yang Masih Rendah Dibandingkan Obligasi Negara Lain

Meskipun yield 10 tahun menyentuh 1,85%, itu masih jauh di bawah yield AS yang berada di atas 4%.

4. Capital Outflows

Investor Jepang terus mencari return lebih tinggi di luar negeri.

Selama fundamental ini belum berubah, pemulihan Yen akan terus tertahan.

Prospek Jangka Pendek: USD/JPY Tetap Rentan di Atas 157

Dengan intervensi yang kini menjadi kemungkinan nyata dan BoJ yang semakin hawkish, pasar memperkirakan volatilitas meningkat menuju akhir tahun.

Risiko bullish USD/JPY menurun jika:

  • BoJ memberi sinyal jelas kenaikan suku bunga Desember/Januari

  • Imbal hasil JGB naik lebih tinggi

  • Menteri Keuangan Jepang memperkuat retorika intervensi

Risiko bearish JPY masih dominan jika:

  • Pemerintah menekan BoJ agar tidak menaikkan suku bunga dulu

  • The Fed membatalkan ekspektasi pemotongan suku bunga Januari

  • Sentimen risiko global berubah menjadi risk-off

Dengan ketidakpastian ini, MUFG menilai bahwa pemulihan Yen akan sulit terjadi secara alami selama arah kebijakan belum sepenuhnya berubah.

Yen di Ujung Tekanan, tetapi Titik Balik Bisa Semakin Dekat

  • JPY berada dekat level terendah multi-bulan

  • Risiko intervensi meningkat tajam

  • BoJ menunjukkan nada paling hawkish sejak awal 2023

  • Kenaikan suku bunga bisa terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan pasar

  • Namun ketidakpastian fiskal dan politik dapat menahan respons kebijakan

Yen masih tertekan — tetapi tanda-tanda perubahan arah mulai terlihat jelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share this content