pound

Pound Sterling Tertekan: Inflasi Harga Toko Inggris Turun, Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga BoE Menguat

Pound Sterling melemah setelah inflasi harga toko Inggris turun 0,3%, memicu ekspektasi pemangkasan suku bunga Bank of England (BoE). Sementara itu, optimisme terhadap kesepakatan dagang AS–Tiongkok mendorong sentimen pasar global.

Pound Sterling Melemah di Tengah Penurunan Inflasi dan Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga BoE

Pound Sterling (GBP) mengalami tekanan pada perdagangan Selasa setelah data terbaru menunjukkan penurunan inflasi harga toko di Inggris. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa Bank of England (BoE) akan segera melonggarkan kebijakan moneternya, menekan performa mata uang Inggris di tengah meningkatnya selera risiko global.

Menurut laporan British Retail Consortium (BRC), inflasi harga toko Inggris menurun sebesar 0,3% secara bulanan pada Oktober dibandingkan September. Ini merupakan penurunan pertama sejak Maret, menandakan bahwa tekanan harga di tingkat konsumen mulai mereda. Turunnya harga barang eceran memberi sinyal bahwa tekanan inflasi domestik terus melemah, sehingga BoE memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga guna menopang pertumbuhan ekonomi.

Ekspektasi BoE Semakin Dovish

Penurunan inflasi yang berkelanjutan membuat pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga oleh BoE pada kuartal pertama 2026. Sentimen dovish ini mendorong investor untuk mengalihkan aset mereka dari Pound Sterling ke mata uang yang lebih kuat, seperti Dolar AS dan Euro.

Analis pasar menilai, meskipun BoE sebelumnya masih berhati-hati dalam mengambil langkah pelonggaran, tren inflasi yang terus menurun akan menjadi alasan utama bagi bank sentral untuk segera menyesuaikan kebijakan moneter.

“Jika inflasi terus turun di bawah target, maka pemangkasan suku bunga menjadi langkah logis bagi BoE untuk menjaga stabilitas ekonomi,” ujar James McAllister, ekonom senior di FX Strategy London.

Sentimen Global Membaik Setelah Optimisme Perdagangan AS–Tiongkok

Di sisi lain, pelemahan Pound tidak sepenuhnya terkait dengan kondisi domestik. Kembalinya optimisme global turut berperan, terutama setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok akan segera tercapai.

Dalam pernyataannya di Air Force One saat menuju Tokyo, Trump mengatakan, “Saya memiliki banyak rasa hormat kepada Presiden Xi, dan saya pikir kita akan mendapatkan kesepakatan.” Trump menambahkan kemungkinan untuk mengunjungi Tiongkok pada awal 2026, memperkuat harapan pasar bahwa hubungan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia akan membaik.

Sinyal positif juga datang dari Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang menyatakan bahwa Washington tidak akan melanjutkan rencana tarif tambahan 100% terhadap Beijing. Ia juga menegaskan bahwa Tiongkok kemungkinan akan menunda kontrol ekspor tanah jarang — komoditas strategis yang selama ini menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.

Dampak Terhadap Pasar dan Investor

Gabungan faktor global dan domestik ini menciptakan tekanan ganda terhadap Pound Sterling. Di satu sisi, BoE yang semakin dovish memperlemah permintaan terhadap Pound; di sisi lain, meningkatnya kepercayaan investor terhadap aset berisiko, seperti saham dan komoditas, mengurangi minat terhadap mata uang safe haven.

Para trader memperkirakan GBP/USD akan bergerak di kisaran 1,2600–1,2700 dalam jangka pendek, dengan risiko koreksi lanjutan apabila BoE mengonfirmasi sinyal pemangkasan suku bunga.

“Jika BoE memberikan pernyataan resmi yang bernada lunak, Pound bisa jatuh lebih dalam. Namun, setiap kemajuan nyata dalam hubungan dagang AS–Tiongkok dapat menahan pelemahan itu,” ujar Clara Evans, analis mata uang di ING Bank.

Outlook Jangka Pendek Pound Sterling

Dalam jangka pendek, arah pergerakan Pound akan sangat ditentukan oleh dua faktor utama: data inflasi Inggris berikutnya dan komentar pejabat BoE terkait prospek kebijakan moneter. Jika data ekonomi domestik terus melemah, pasar kemungkinan akan semakin yakin bahwa penurunan suku bunga hanya tinggal menunggu waktu.

Namun, apabila kesepakatan dagang antara AS dan Tiongkok benar-benar diumumkan, itu bisa memberikan dukungan sementara bagi Pound melalui peningkatan sentimen global.

Secara teknikal, analis memperkirakan level support penting berada di 1,2550, sementara resistance jangka pendek di 1,2720. Penembusan di bawah level support tersebut dapat membuka peluang koreksi lebih dalam menuju 1,2450, level terendah yang tercatat pada awal Oktober.

Pound Sterling saat ini berada dalam posisi yang rapuh di tengah kombinasi faktor domestik dan global. Penurunan inflasi harga toko di Inggris memperkuat ekspektasi pasar terhadap kebijakan pelonggaran BoE, sementara optimisme perdagangan antara AS dan Tiongkok membantu menahan tekanan lebih lanjut terhadap mata uang ini.

Investor disarankan untuk berhati-hati terhadap volatilitas jangka pendek, sambil memantau perkembangan kebijakan BoE dan hasil negosiasi dagang global yang akan menjadi penentu arah GBP ke depan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share this content