pound

Pound Sterling Melemah di Tengah Ketidakpastian Data Inflasi Inggris-AS dan Redanya Ketegangan Dagang Global

Pound Sterling melemah terhadap Dolar AS di kisaran 1,3425 jelang rilis data inflasi Inggris-AS. Pasar menanti arah baru setelah meredanya tensi dagang AS-Tiongkok.

Pound Sterling Bergerak Lesu di Tengah Ketidakpastian Pasar

Pound Sterling (GBP) masih menunjukkan pergerakan terbatas terhadap Dolar AS (USD) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (20/10/2025). Pasangan mata uang GBP/USD bertahan di kisaran 1,3425, mencerminkan fase konsolidasi setelah pekan lalu sempat menguat tipis.

Investor tampak menahan diri menjelang rilis data inflasi Inggris dan Amerika Serikat untuk bulan September, yang dijadwalkan akan dirilis akhir pekan ini. Data tersebut diperkirakan menjadi penentu arah kebijakan moneter kedua negara dan bisa menentukan pergerakan besar berikutnya bagi Pound Sterling.

Dolar AS Stabil, Pasar Global Bernapas Lega

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur kekuatan Greenback terhadap enam mata uang utama, diperdagangkan mendekati level 98,45, sedikit melemah dibandingkan posisi akhir pekan lalu. Namun secara keseluruhan, Dolar AS masih mempertahankan pemulihannya setelah sempat menguat tajam pada Jumat lalu.

Kondisi stabil ini dipicu oleh meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan pernyataan yang lebih moderat terkait tarif impor terhadap Tiongkok ,Trump menyebut bahwa “tarif tinggi tidak berkelanjutan meskipun bisa bertahan sementara.”

Komentar tersebut memberi sinyal bahwa Washington mulai membuka ruang negosiasi baru dengan Beijing, sekaligus meredakan kekhawatiran pelaku pasar akan eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang yang telah berlangsung bertahun-tahun.

Harapan Baru dari Diplomasi Trump-Xi

Trump juga menegaskan bahwa rencana pertemuannya dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping tetap berjalan sesuai jadwal. Pertemuan tersebut dijadwalkan berlangsung pada akhir bulan ini di sela-sela Konferensi Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Korea Selatan.

“Saya pikir kita akan baik-baik saja dengan Tiongkok, tetapi kita harus memiliki kesepakatan yang adil,” ujar Trump.
Pernyataan ini disambut positif oleh pasar, terutama karena beberapa bulan terakhir tensi antara kedua negara meningkat setelah Beijing memperketat ekspor mineral tanah jarang, komponen penting dalam industri teknologi dan energi hijau.

Analis menilai bahwa peluang dialog langsung antara kedua pemimpin bisa membuka jalan bagi stabilisasi hubungan ekonomi global dan mengurangi tekanan terhadap mata uang risiko seperti Pound Sterling dan Euro.

Fokus Beralih ke Data Inflasi Inggris dan AS

Sementara itu, perhatian pasar kini tertuju pada data inflasi yang akan dirilis oleh Office for National Statistics (ONS) untuk Inggris dan Bureau of Labor Statistics (BLS) untuk Amerika Serikat.

Untuk Inggris, inflasi tahunan diperkirakan naik tipis menjadi 3,1%, sementara inflasi inti (core CPI) diprediksi stabil di 2,8%. Jika data aktual lebih tinggi dari ekspektasi, hal ini bisa memperkuat spekulasi bahwa Bank of England (BoE) mungkin menunda pemangkasan suku bunga lebih lanjut, sehingga memberikan dukungan bagi Pound Sterling.

Sebaliknya, jika inflasi melemah, Pound berpotensi kembali tertekan karena pasar akan memperkirakan langkah pelonggaran moneter baru dari BoE menjelang akhir tahun.

Dari sisi Amerika Serikat, inflasi diperkirakan akan tetap tinggi di sekitar 3,4% year-on-year, memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve (The Fed) masih harus berhati-hati sebelum memangkas suku bunga. Data yang lebih tinggi dari perkiraan bisa membuat Dolar AS kembali menguat secara luas terhadap mata uang utama lainnya.

Pertemuan Menteri Keuangan AS–Tiongkok Jadi Perhatian

Sebelum pertemuan tingkat tinggi Trump-Xi, para investor juga akan memantau pertemuan antara Menteri Keuangan AS Scott Bessent dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng yang dijadwalkan akhir pekan ini di Malaysia.

Negosiasi ini diperkirakan akan membahas pengendalian ekspor mineral tanah jarang oleh Beijing dan kebijakan tarif tambahan dari Washington. Meski tidak diharapkan menghasilkan kesepakatan besar, pertemuan ini dapat menjadi sinyal awal pencairan hubungan dagang kedua negara.

Jika hasil pertemuan menunjukkan arah positif, risiko geopolitik global bisa mereda dan memberikan ruang penguatan bagi mata uang risiko termasuk Pound Sterling. Namun jika terjadi kebuntuan, GBP/USD berpotensi kembali tertekan mendekati area support di 1,3350–1,3370.

Analisis Teknis: GBP/USD di Fase Konsolidasi

Secara teknikal, pasangan GBP/USD masih bergerak di zona netral. Dukungan terdekat berada di 1,3380, sementara resistensi kuat tampak di 1,3485–1,3500.
Trader jangka pendek disarankan berhati-hati terhadap potensi fluktuasi tajam menjelang rilis data inflasi.

Indikator RSI berada di kisaran 49–51, menandakan momentum netral dengan peluang breakout terbuka di kedua arah. Jika inflasi Inggris melampaui perkiraan, potensi rebound ke atas 1,3500 terbuka lebar. Namun sebaliknya, data lemah bisa menekan Sterling menuju 1,3300.

Pound Menunggu Arah Baru

Pound Sterling kini berada di titik keseimbangan menjelang pekan yang padat data dan diplomasi global. Meredanya ketegangan perdagangan AS–Tiongkok memberikan sedikit ruang napas bagi pasar, namun arah selanjutnya akan sangat ditentukan oleh data inflasi dan hasil pertemuan ekonomi antarnegara besar.

Selama ketidakpastian ini berlangsung, investor cenderung menahan posisi besar dan menunggu kejelasan dari rilis data ekonomi akhir pekan nanti. Dengan volatilitas yang diperkirakan meningkat, pelaku pasar disarankan untuk tetap disiplin dalam pengelolaan risiko dan tidak terburu-buru mengambil posisi sebelum sinyal makroekonomi lebih jelas.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share this content