lambat

Ekonomi Inggris Melambat

Perekonomian Inggris hanya tumbuh 0,1% pada kuartal III 2025, meleset dari ekspektasi 0,2%. Perlambatan ini menekan Pound Sterling karena investor menilai Bank of England dapat menahan sikap hawkish di tengah melemahnya industri dan manufaktur.

PDB Naik Tipis 0,1% di Kuartal III 2025

Pertumbuhan ekonomi Inggris kembali kehilangan tenaga pada kuartal ketiga tahun 2025. Berdasarkan laporan Office for National Statistics (ONS) yang dirilis pada Kamis (13/11/2025), Produk Domestik Bruto (PDB) awal Inggris meningkat hanya 0,1% secara kuartalan (QoQ) dalam periode Juli–September.

Angka ini lebih rendah dari proyeksi pasar sebesar 0,2% dan melambat signifikan dibandingkan pertumbuhan 0,3% yang tercatat pada kuartal kedua. Perlambatan ini menjadi sinyal bahwa ekonomi Inggris tengah berada dalam tekanan di tengah inflasi tinggi, suku bunga ketat, dan lemahnya permintaan domestik.

Secara tahunan (YoY), PDB Inggris tumbuh 1,3%, juga di bawah ekspektasi 1,4%. Angka ini menandai perlambatan berturut-turut dari kuartal sebelumnya, menegaskan bahwa momentum ekonomi Inggris kian melemah menjelang akhir tahun.

Kinerja Bulanan dan Sektor Produksi Menunjukkan Kelemahan

Selain data PDB kuartalan, ONS juga merilis PDB bulanan yang menunjukkan hasil mengecewakan. Untuk bulan September 2025, PDB Inggris mencatat kontraksi -0,1%, turun dari posisi stagnan 0% di Agustus (yang direvisi dari pertumbuhan 0,1%).

Penurunan ini menandakan bahwa aktivitas ekonomi di bulan terakhir kuartal ketiga mengalami tekanan, seiring dengan penurunan aktivitas di sektor industri dan manufaktur.

Data pendukung menunjukkan bahwa Produksi Industri Inggris anjlok 2%, sementara Produksi Manufaktur turun 1,7% selama September. Kedua angka tersebut berada jauh di bawah ekspektasi pasar, memperlihatkan betapa lemahnya sisi produksi Inggris di tengah biaya energi yang tinggi dan menurunnya pesanan ekspor.

Sektor industri yang biasanya menjadi pendorong pertumbuhan kini justru menjadi hambatan. Ketika manufaktur dan produksi mengalami kontraksi, kontribusi terhadap output ekonomi secara keseluruhan pun melemah. Hal ini menjadi kekhawatiran utama bagi pemerintah dan Bank of England (BoE), karena kombinasi pertumbuhan lambat dan inflasi tinggi berpotensi mendorong stagflasi.

Pound Sterling Melemah di Tengah Data yang Mengecewakan

Pasar valuta asing segera merespons negatif laporan ekonomi tersebut. Pound Sterling (GBP) mengalami pelemahan terhadap dolar AS (USD) sesaat setelah rilis data.

Pada saat berita ini diterbitkan, pasangan mata uang GBP/USD turun 0,21% menjadi 1,3104, menandai penurunan harian yang cukup signifikan. Investor tampaknya mulai memperkirakan bahwa BoE mungkin akan menahan diri dari kebijakan suku bunga agresif dalam waktu dekat.

Sinyal perlambatan ekonomi yang semakin jelas membuat pasar menilai bahwa ruang bagi BoE untuk menaikkan suku bunga semakin sempit. Sebaliknya, jika data-data selanjutnya menunjukkan pelemahan lanjutan, bank sentral dapat mulai mempertimbangkan penurunan suku bunga pada paruh pertama 2026 guna menopang pertumbuhan.

Perlambatan di sektor industri dan manufaktur juga memperburuk kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Inggris. Kondisi ini membuat Pound cenderung melemah bukan hanya terhadap dolar AS, tetapi juga terhadap mata uang utama lainnya seperti Euro dan Franc Swiss.

Faktor-Faktor di Balik Perlambatan Ekonomi Inggris

Beberapa faktor utama yang mendorong pelemahan ekonomi Inggris mencakup:

  1. Kebijakan Moneter Ketat – Suku bunga tinggi yang diterapkan BoE untuk mengendalikan inflasi justru membebani sektor konsumsi dan investasi. Biaya pinjaman yang meningkat menekan daya beli rumah tangga serta menunda ekspansi bisnis.

  2. Biaya Hidup dan Inflasi – Walau inflasi mulai melandai, harga pangan dan energi tetap tinggi. Rumah tangga Inggris menghadapi tekanan biaya hidup yang memengaruhi pola konsumsi.

  3. Ketidakpastian Global – Konflik geopolitik, volatilitas harga minyak, dan perlambatan ekonomi global turut memperburuk kondisi perdagangan Inggris.

  4. Produktivitas yang Lemah – Investasi rendah dan kurangnya inovasi di sektor industri membuat produktivitas Inggris stagnan dalam beberapa tahun terakhir.

Gabungan faktor-faktor ini menunjukkan bahwa Inggris masih kesulitan keluar dari fase pertumbuhan rendah pasca-pandemi. Jika tidak ada stimulus kebijakan baru atau perbaikan ekspor, ekonomi berisiko jatuh ke dalam resesi teknis dalam enam bulan ke depan.

Respons dan Pandangan Pasar ke Depan

Reaksi pelaku pasar menunjukkan kekhawatiran bahwa perlambatan ekonomi bisa bertahan lebih lama. Para analis memperkirakan BoE akan menunda langkah kebijakan berikutnya, menunggu data inflasi dan ketenagakerjaan bulan November sebelum membuat keputusan.

Beberapa ekonom memperingatkan bahwa tekanan terhadap sektor riil bisa semakin dalam bila suku bunga tetap tinggi hingga paruh pertama 2026. Namun, langkah menurunkan suku bunga terlalu cepat juga berisiko menyalakan kembali tekanan harga yang belum sepenuhnya terkendali.

Investor saat ini memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga sekitar 40% pada kuartal kedua 2026, menurut data dari CME BoE Watch Tool.

Pasar saham Inggris juga mencatat penurunan ringan, sementara imbal hasil obligasi pemerintah Inggris sedikit turun, mencerminkan meningkatnya ekspektasi bahwa kebijakan moneter akan lebih longgar dalam waktu dekat.

Pertumbuhan Lemah Tekan GBP, Tantangan Ekonomi Belum Usai

Laporan PDB Inggris kuartal III 2025 menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi terus melambat di tengah tekanan inflasi dan sektor industri yang rapuh. Dengan PDB hanya naik 0,1% QoQ dan indikator produksi yang memburuk, Inggris menghadapi risiko perlambatan yang lebih dalam jika kebijakan fiskal dan moneter tidak beradaptasi dengan cepat.

Pound Sterling pun terpukul, mencerminkan sentimen pasar yang berhati-hati terhadap prospek ekonomi negara tersebut. Dalam jangka pendek, volatilitas GBP kemungkinan masih tinggi seiring investor menantikan langkah selanjutnya dari Bank of England dan data ekonomi tambahan menjelang akhir tahun.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share this content