ihsg

IHSG Menguat di Tengah Optimisme Global: Sinyal Dovish The Fed dan Damainya Perdagangan AS–Tiongkok Jadi Katalis

IHSG menguat tipis 0,22% ke 8.184, didorong sentimen positif dari pemangkasan suku bunga The Fed dan kesepakatan dagang AS–Tiongkok. Investor asing lanjutkan aksi beli bersih Rp545 miliar di tengah stabilitas pasar Asia.

Saham Teknologi dan Keuangan Memimpin, Investor Asing Masih Aktif Beli

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat kenaikan tipis 0,22% ke level 8.184 pada akhir perdagangan Kamis (30/10), di tengah arus sentimen global yang mulai membaik. Penguatan pasar domestik ini dipimpin sektor teknologi (+1,87%) dan keuangan (+1,14%), sementara sektor properti (-0,52%) dan syariah (JII, -0,87%) menjadi pemberat.

IHSG bergerak fluktuatif dalam rentang 8.145–8.231 sepanjang sesi, menunjukkan bahwa meski dorongan positif mulai terasa, investor tetap berhati-hati menjelang akhir pekan. Volume perdagangan tercatat 20,31 miliar saham, dengan nilai transaksi mencapai Rp12,14 triliun, menandakan aktivitas pasar yang solid namun belum terlalu agresif.

Beberapa saham unggulan menjadi motor penggerak utama indeks. PT Sunson Textile Manufacturer Tbk (SSTM) dan PT Dwi Guna Laksana Tbk (DWGL) mencatat lonjakan harga masing-masing sebesar 25%, menjadi top gainer hari ini. Sebaliknya, PT Rohartindo Nusantara Luas Tbk (TOOL) turun 11,76%, menjadi salah satu penekan indeks di sektor industri dasar.

Aksi beli investor asing juga terus berlanjut. Data bursa mencatat net buy asing mencapai Rp545 miliar pada sesi pertama, melanjutkan aliran masuk sebesar Rp3,78 triliun pada Rabu, yang merupakan tertinggi dalam sepekan terakhir. Meski arus modal asing cukup deras, IHSG hanya mampu menguat terbatas karena sebagian investor domestik masih menunggu kepastian arah kebijakan global dan kinerja kuartal IV dari emiten besar.

The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga, Sinyal Dovish Picu Optimisme Pasar

Dari sisi eksternal, pasar saham Asia—termasuk Indonesia—mendapat dorongan positif dari keputusan Federal Reserve (The Fed) yang memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 3,75%–4,00%, sesuai ekspektasi pasar. Ini merupakan pemangkasan kedua berturut-turut yang menandai langkah lanjutan The Fed menuju kebijakan moneter yang lebih akomodatif.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menyampaikan bahwa penurunan lanjutan belum tentu terjadi, namun bank sentral AS akan tetap memperhatikan data inflasi dan pasar tenaga kerja dalam menentukan arah kebijakan berikutnya. Dalam waktu bersamaan, The Fed juga mengumumkan rencana mengakhiri program pengurangan neraca (quantitative tightening) pada 1 Desember, langkah yang dinilai pasar sebagai sinyal dovish dan positif bagi likuiditas global.

Indeks Dolar AS (DXY) langsung terkoreksi ke 98,10, menunjukkan pelemahan terhadap sejumlah mata uang utama, sementara imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun tipis, menandakan meningkatnya minat investor terhadap aset berisiko.

Perdagangan AS–Tiongkok Memasuki Fase Damai, Tekanan Global Mereda

Sinyal positif juga datang dari ranah geopolitik. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pemerintahnya dan Tiongkok telah mencapai kesepakatan dagang parsial, termasuk pemangkasan tarif impor dari 57% menjadi 47% dan lanjutan ekspor logam tanah jarang (rare earth) selama satu tahun.

Dalam pernyataannya, Trump menambahkan bahwa Tiongkok setuju untuk melanjutkan pembelian kedelai dan energi dari AS, serta memperketat pengawasan terhadap perdagangan gelap fentanil, zat kimia yang sempat menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.

Sementara itu, Presiden Xi Jinping menekankan pentingnya membangun hubungan ekonomi jangka panjang dengan Amerika Serikat, serta membuka peluang kerja sama di bidang kecerdasan buatan (AI) dan keuangan digital.

Kementerian Perdagangan Tiongkok mengonfirmasi bahwa kedua negara juga menyelesaikan perselisihan terkait kontrol ekspor bahan baku langka, dan menangguhkan tindakan balasan terhadap AS selama satu tahun. Langkah ini dipandang sebagai fase stabilisasi hubungan ekonomi setelah lebih dari dua tahun ketegangan dagang.

Sentimen damai antara dua ekonomi terbesar dunia ini memberikan efek domino positif ke pasar Asia, termasuk Indonesia, yang diuntungkan melalui potensi kestabilan harga komoditas dan peningkatan ekspor.

BoJ Tahan Suku Bunga, Pasar Asia Bergerak Stabil

Dari Jepang, Bank of Japan (BoJ) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 0,5%, sesuai perkiraan analis. Gubernur Kazuo Ueda menyatakan bahwa ekonomi Jepang terus pulih secara moderat, ditopang konsumsi yang kuat dan prospek kenaikan upah pada perundingan Shunto berikutnya.

Ueda menambahkan, BoJ akan menaikkan suku bunga secara bertahap bila inflasi dan pertumbuhan ekonomi bergerak sesuai proyeksi, namun belum ada waktu pasti untuk penyesuaian tersebut.

Keputusan hati-hati BoJ, bersama sikap dovish The Fed, membuat pasar Asia cenderung stabil. Indeks Nikkei 225 naik 0,04% ke 51.326 pada pukul 15:45 waktu Tokyo, mencerminkan optimisme investor regional terhadap arah kebijakan moneter global yang lebih akomodatif.

Outlook IHSG: Potensi Konsolidasi dengan Bias Positif

Dengan kombinasi faktor global dan regional tersebut, IHSG diperkirakan masih memiliki ruang penguatan terbatas menjelang akhir pekan. Meski demikian, analis menilai potensi kenaikan akan disertai fase konsolidasi karena investor akan menanti data ekonomi lanjutan seperti inflasi domestik, data tenaga kerja AS, dan laporan kinerja keuangan emiten kuartal ketiga.

Sementara itu, penguatan rupiah yang relatif stabil di tengah pelemahan dolar AS turut menjadi faktor pendukung bagi arus masuk modal asing ke pasar saham Indonesia.

Secara teknikal, IHSG diproyeksikan bergerak dalam kisaran 8.120–8.250, dengan sektor teknologi, keuangan, dan infrastruktur masih menjadi penopang utama indeks.

Kinerja IHSG hari ini mencerminkan optimisme hati-hati investor terhadap perkembangan global. Keputusan The Fed memangkas suku bunga, disertai langkah damai antara AS dan Tiongkok, memberi sinyal positif bahwa ketegangan ekonomi global mulai mereda.

Dengan arus modal asing yang kembali deras dan stabilitas pasar Asia, peluang IHSG untuk memperkuat posisinya di atas 8.200 masih terbuka, meski pasar kemungkinan tetap bergerak selektif hingga ada katalis baru dari data ekonomi berikutnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share this content