ihsg

IHSG Naik 1,3% ke Level 7.892! 5 Faktor Global yang Dongkrak Bursa Indonesia Hari Ini

IHSG melesat 1,3% ke 7.892,91 pada Rabu (13/8/2025), mengikuti penguatan bursa global. Simak lima faktor utama yang mendorong kenaikan IHSG hari ini, mulai dari data inflasi AS, peluang pemangkasan suku bunga The Fed, hingga sektor saham unggulan yang memimpin penguatan.

IHSG Makin Kuat di Tengah Optimisme Global

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencetak kenaikan signifikan pada perdagangan Rabu, 13 Agustus 2025. Ditutup menguat 101,21 poin atau setara dengan 1,30%, IHSG berakhir di posisi 7.892,91, mencatatkan kinerja positif dua hari berturut-turut.
Sementara itu, indeks LQ45 — yang berisi 45 saham unggulan — juga mencatatkan kenaikan sebesar 0,80% atau 6,59 poin ke level 829,85. Penguatan ini terjadi seiring dengan sentimen positif dari pasar global dan regional, terutama setelah sejumlah data ekonomi menunjukkan stabilitas dan optimisme terhadap arah kebijakan moneter dunia.

1️⃣ Dukungan dari Penguatan Bursa Global

Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia menilai bahwa penguatan IHSG hari ini tidak lepas dari efek positif penguatan bursa saham Asia dan global. “Data ekonomi terkini menunjukkan ketahanan ekonomi di negara-negara maju, dan perlunya bank sentral menjaga kebijakan moneter tetap akomodatif,” tulis tim riset dalam laporan hariannya di Jakarta.

Bursa Asia seperti Nikkei Jepang naik 1,48%, Hang Seng Hong Kong melonjak 2,58%, Shanghai Composite menguat 0,48%, dan Strait Times Singapura meningkat 1,12%. Sinyal risk-on di kawasan Asia menjadi katalis penting bagi pelaku pasar domestik untuk kembali memburu saham-saham berfundamental kuat.

2️⃣ Data Inflasi AS Dorong Peluang Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Dari sisi global, pasar mendapatkan sentimen positif dari laporan inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan. Inflasi Juli 2025 hanya naik 0,2% month to month (mtm) dan 2,7% year on year (yoy), lebih rendah dari estimasi sebelumnya sebesar 2,8% (yoy).

Data ini menunjukkan bahwa kebijakan tarif perdagangan Presiden Donald Trump belum memberikan tekanan berarti pada harga konsumen, membuka peluang bagi Federal Reserve (The Fed) untuk memangkas suku bunga pada pertemuan September mendatang.
Berdasarkan data CME FedWatch Tool, probabilitas pasar terhadap pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin kini mencapai 94%, naik tajam dari 86% sehari sebelumnya dan 57% pada bulan lalu.

Ekspektasi suku bunga yang lebih rendah biasanya memperkuat selera risiko (risk appetite), mendorong investor global untuk kembali masuk ke aset-aset berisiko seperti saham di pasar berkembang, termasuk Indonesia.

3️⃣ Inflasi Produsen Jepang Menurun: Dorongan Tambahan dari Asia

Dari Jepang, data Producer Price Index (PPI) menunjukkan kenaikan 2,6% (yoy) pada Juli 2025, lebih rendah dibandingkan 2,9% (yoy) pada bulan sebelumnya. Angka ini menjadi yang terendah sejak Agustus 2024 dan memperkuat pandangan bahwa tekanan biaya produksi mulai mereda.

Penurunan inflasi produsen ini memperkuat ekspektasi bahwa Bank of Japan (BOJ) akan mempertahankan kebijakan moneternya yang ultra-longgar, yang pada akhirnya memberikan dukungan tambahan terhadap likuiditas di kawasan Asia.

4️⃣ Sektor Teknologi dan Kesehatan Pimpin Penguatan

IHSG bergerak positif sejak pembukaan perdagangan hingga penutupan sesi kedua. Berdasarkan data Indeks Sektoral IDX-IC, sebanyak sembilan sektor mencatatkan kenaikan, dipimpin oleh sektor teknologi yang melonjak 3,99%, disusul sektor kesehatan naik 1,63%, dan infrastruktur menguat 1,59%.

Sebaliknya, hanya dua sektor yang terkoreksi, yaitu transportasi dan logistik serta barang baku, masing-masing turun 0,53%.

Dari sisi saham, beberapa emiten yang mencatatkan penguatan signifikan antara lain BELL, GRPH, KAQI, NTBK, dan SLIS, sementara saham yang mengalami tekanan terbesar meliputi BMBL, DOOH, ISAP, KING, dan KRYA.

5️⃣ Volume Perdagangan Tinggi, Tanda Minat Investor Meningkat

Aktivitas transaksi di Bursa Efek Indonesia juga meningkat tajam. Frekuensi perdagangan mencapai lebih dari 2,19 juta kali transaksi, dengan volume saham yang berpindah tangan mencapai 36,83 miliar lembar senilai Rp21,58 triliun.
Dari total perdagangan, 346 saham menguat, 280 saham melemah, dan 173 saham stagnan.

Tingginya nilai transaksi mencerminkan meningkatnya minat investor ritel dan institusional terhadap pasar saham domestik, terutama di tengah potensi pelonggaran kebijakan moneter global yang dapat mendukung likuiditas pasar.

Outlook IHSG: Ruang Kenaikan Masih Terbuka

Secara teknikal, analis memperkirakan IHSG berpeluang melanjutkan penguatannya dalam jangka pendek menuju area 8.000 poin, selama sentimen global tetap kondusif dan aliran dana asing terus masuk.
Katalis utama yang masih akan menjadi fokus investor adalah perkembangan kebijakan suku bunga The Fed, arah inflasi global, dan data ekonomi domestik Indonesia seperti neraca perdagangan dan inflasi Agustus.

Jika kondisi makro global terus mendukung dan sektor teknologi tetap menjadi motor penggerak, peluang IHSG untuk menembus rekor tertinggi tahun 2025 terbuka semakin lebar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Share this content