Dolar AS Tertekan Dua Minggu Beruntun: Apakah Puncak Jangka Pendek Sudah Dekat?
Dolar AS melemah selama dua minggu berturut-turut meski The Fed mengirim sinyal hawkish. Ketidakpastian kebijakan, perdebatan internal FOMC, dan dampak penutupan pemerintah membuat pasar menilai kembali prospek Greenback. Simak analisis lengkapnya.
Prakiraan Mingguan Dolar AS: Apakah Puncak Jangka Pendek Sedang Menanti?
Dolar AS kembali mencatatkan penurunan mingguan untuk kedua kalinya berturut-turut, memperpanjang pelemahan dari level tertingginya di atas 100,00 pada awal November. Meskipun para pejabat Federal Reserve mempertahankan retorika hawkish sepanjang pekan, sentimen pasar tetap tidak berpihak pada Greenback. Kombinasi ekspektasi penurunan suku bunga yang semakin meredup, ketidakpastian internal The Fed, serta kesepakatan politik yang mengakhiri penutupan pemerintah AS menjadi faktor utama yang menekan dolar.
Minggu yang Melelahkan untuk Greenback
Pelemahan Dolar AS tidak sejalan dengan kondisi pasar obligasi, yang justru menunjukkan pergerakan imbal hasil yang relatif stabil dan cenderung positif. Namun hal tersebut tidak cukup untuk membalikkan sentimen bearish terhadap indeks dolar. Investor tetap enggan menambah posisi beli terhadap USD karena meningkatnya keraguan tentang arah kebijakan moneter dalam beberapa bulan ke depan.
Meskipun The Fed terus menyuarakan kekhawatiran terhadap inflasi dan memberikan sinyal bahwa pelonggaran agresif bukanlah pilihan utama, pasar tetap skeptis. Taruhan untuk pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada Desember terus menyusut, dan kini pasar memperkirakan peluang yang jauh lebih tipis dibandingkan pekan sebelumnya.
Di sisi lain, dinamika politik AS ikut memengaruhi pasar. Kesepakatan antara Partai Republik dan Demokrat untuk mengakhiri penutupan pemerintah AS—yang berlangsung 43 hari, terpanjang dalam sejarah modern—seharusnya menjadi sentimen positif. Namun kenyataannya, hal tersebut tidak berhasil mengangkat Dolar AS karena fokus investor beralih pada dampak jangka panjang dari penundaan data ekonomi penting.
Powell: Pemangkasan di Desember “Tidak Dijamin”
Rapat Federal Reserve akhir Oktober memberikan kejutan kecil ketika bank sentral secara diam-diam memulai kembali pembelian obligasi pemerintah dalam skala terbatas. Langkah tersebut dinilai sebagai upaya teknis untuk menstabilkan pasar uang, tetapi juga menandakan bahwa kondisi likuiditas semakin ketat.
Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan bahwa komite terbagi dalam melihat arah kebijakan selanjutnya. Dalam konferensi persnya, ia memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga pada Desember bukanlah sesuatu yang pasti. Ia menegaskan bahwa sinyal ekonomi AS masih beragam: inflasi melemah namun belum cukup rendah, sementara pasar tenaga kerja melandai tetapi belum melemah signifikan.
Pasar merespons komentar tersebut dengan menurunkan ekspektasi pelonggaran. Kontrak berjangka kini memperhitungkan sekitar 11 basis poin tambahan pemotongan pada akhir tahun—lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya. Ekspektasi pemangkasan hingga 2026 juga direvisi turun.
Sinyal Beragam dari Pejabat The Fed
Para pejabat Federal Reserve selama pekan ini memberikan pandangan yang beragam, memperkuat gambaran bahwa bank sentral berada dalam situasi penuh ketidakpastian:
-
Mary Daly (San Francisco) menilai kebijakan saat ini berada pada posisi yang tepat, tetapi tetap membuka kemungkinan perubahan.
-
Alberto Musalem (St. Louis) memberikan komentar paling hati-hati, menekankan inflasi yang masih terlalu tinggi.
-
Raphael Bostic (Atlanta) menyatakan preferensi untuk mempertahankan suku bunga stabil hingga ada bukti yang jelas bahwa inflasi menuju target 2%.
-
Stephen Miran (Gubernur) justru melihat inflasi mulai mereda lebih cepat dan berargumen bahwa kebijakan The Fed kini terlalu ketat.
-
Susan Collins (Boston) memperingatkan bahwa ambang untuk pemotongan tambahan masih tinggi.
-
Neel Kashkari (Minneapolis) mengakui kondisi campuran dan belum memutuskan mengenai langkah Desember.
-
Beth Hammack (Cleveland) dan Jeffrey Schmid (Kansas City) keduanya menekankan bahwa inflasi masih menjadi masalah utama dan kemungkinan pemotongan lanjutan belum meyakinkan.
Keragaman pandangan ini mengisyaratkan bahwa keputusan Desember berpotensi menjadi salah satu rapat FOMC yang paling sulit dan paling menentukan dalam beberapa tahun terakhir.
Penutupan Pemerintah Berakhir, tetapi Dampaknya Belum
Walaupun pemerintah AS kini kembali beroperasi, dampak dari penutupan panjang tersebut masih terasa. Data ekonomi penting untuk Oktober tidak akan dirilis karena BLS tidak dapat mengumpulkan data selama penutupan. Ini menciptakan “titik buta” bagi The Fed—dan pasar—yang mengandalkan data tersebut untuk memutuskan kebijakan moneter.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa data yang hilang tersebut tidak dapat dipulihkan, sehingga gambaran ekonomi AS untuk Oktober 2025 akan tetap tidak lengkap. Hal ini berpotensi memperumit keputusan FOMC dalam beberapa bulan ke depan.
Apa Artinya untuk Dolar AS?
Dengan data ekonomi yang terbatas, pasar akan menunggu publikasi notulen FOMC pada 19 November dan laporan awal aktivitas bisnis dari PMI untuk mendapatkan gambaran baru tentang arah kebijakan.
Analisis Teknis DXY
Indeks Dolar AS (DXY) masih berada dalam fase koreksi setelah gagal mempertahankan posisi di atas 100.00. Level-level teknis penting:
-
Resistance utama: SMA 200-hari di 100,08, puncak 5 November di 100,36, dan puncak Mei di 101,97.
-
Support utama: SMA 55 dan 100 hari di 98,48 dan 98,28, serta level rendah 98,03 dan 96,21.
RSI yang berada di atas 52 menunjukkan bahwa ruang kenaikan tetap terbuka, namun tren dominan masih condong ke area netral–bearish.
