Valas Hari Ini: Pound Tertekan Usai Data Inggris Lemah, Pasar Tunggu Sinyal dari The Fed
Nilai tukar Pound Sterling melemah setelah data ekonomi Inggris menunjukkan perlambatan pertumbuhan. Pasar global kini menanti komentar dari pejabat The Fed dan pembaruan data ekonomi AS usai penutupan pemerintah berakhir.
Data Ekonomi Inggris Melemah, Pound Tertekan
JAKARTA — Perdagangan valuta asing global pada Kamis (13/11) berlangsung hati-hati, dengan fokus utama investor tertuju pada perkembangan data ekonomi Inggris yang mengecewakan serta potensi arah kebijakan baru dari bank sentral utama dunia, khususnya Federal Reserve (The Fed).
Pound Sterling (GBP) berada di bawah tekanan jual moderat di awal sesi Eropa, setelah data ekonomi Inggris menunjukkan pelemahan yang cukup signifikan. Para pelaku pasar kini menantikan komentar pejabat The Fed yang dijadwalkan berbicara malam ini, serta pembaruan rilis data ekonomi Amerika Serikat setelah berakhirnya penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah negara itu.
Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris berkontraksi 0,1% secara bulanan pada September 2025, menunjukkan perlambatan setelah stagnan di bulan sebelumnya. Secara kuartalan, ekonomi Inggris tumbuh hanya 0,1% pada Kuartal III 2025, di bawah ekspektasi pasar sebesar 0,2%.
Secara tahunan, pertumbuhan PDB tercatat 1,3% year-on-year (YoY), meleset dari proyeksi 1,4%. Selain itu, sektor industri juga mencatatkan hasil negatif — produksi industri turun 2%, sementara produksi manufaktur melemah 1,7% pada periode yang sama.
Data yang lemah ini memicu tekanan baru terhadap Pound Sterling. Pasangan mata uang GBP/USD sempat turun ke 1,3100 sebelum pulih tipis ke sekitar 1,3130 pada pertengahan sesi Eropa. Para analis menilai, data ekonomi yang melemah memperkuat ekspektasi bahwa Bank of England (BoE) akan mempertahankan suku bunga lebih lama, di tengah risiko perlambatan ekonomi yang meningkat.
Dolar AS Stabil Setelah Penutupan Pemerintah Berakhir
Dari Amerika Serikat, sentimen pasar sedikit membaik setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS menyetujui paket pendanaan sementara yang mengakhiri penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah. Presiden Donald Trump segera menandatangani undang-undang tersebut pada Rabu malam waktu setempat.
Namun, pemulihan aktivitas pemerintah belum sepenuhnya menghapus ketidakpastian di pasar. Gedung Putih mengonfirmasi bahwa beberapa data ekonomi, seperti laporan ketenagakerjaan dan inflasi untuk Oktober, kemungkinan tidak akan dipublikasikan karena dampak administratif dari penutupan tersebut.
Para pelaku pasar kini menunggu kejelasan mengenai data Nonfarm Payrolls (NFP) yang semula dijadwalkan pekan depan. Hingga Kamis pagi, Indeks Dolar AS (DXY) bergerak fluktuatif di bawah level 99,50, mencerminkan sikap hati-hati investor menjelang pidato para pejabat The Fed yang bisa memberikan petunjuk arah kebijakan suku bunga selanjutnya.
Data Positif Australia Dukung Penguatan AUD
Sementara itu, di kawasan Asia-Pasifik, data ketenagakerjaan Australia menunjukkan hasil yang jauh lebih baik dari ekspektasi. Perubahan jumlah tenaga kerja (Employment Change) pada Oktober naik +42.200, melampaui perkiraan 20.000.
Tingkat pengangguran pun turun menjadi 4,3% dari 4,5%, sementara partisipasi tenaga kerja tetap stabil di 67%. Selain itu, ekspektasi inflasi konsumen menurun menjadi 4,5% dari 4,8% pada bulan sebelumnya.
Data ini menjadi katalis positif bagi Dolar Australia (AUD), mendorong pasangan AUD/USD menguat 0,5% ke 0,6575. Para analis memperkirakan, data ketenagakerjaan yang kuat akan mengurangi tekanan bagi Reserve Bank of Australia (RBA) untuk segera melonggarkan kebijakan moneternya.
EUR dan JPY Bergerak Stabil, Emas Melanjutkan Kenaikan
Dari kawasan Eropa, Euro (EUR) tetap berada di wilayah positif setelah mencatatkan kenaikan tipis terhadap Dolar AS pada Rabu malam. Pasangan EUR/USD menembus level tertinggi dua minggu di atas 1,1600 pada Kamis pagi, didukung oleh ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa (ECB) akan mempertahankan suku bunga untuk sementara waktu sembari menilai prospek inflasi di zona euro.
Sementara itu, di Jepang, Gubernur Bank of Japan (BoJ) Kazuo Ueda menyampaikan bahwa bank sentral berkomitmen menciptakan ekonomi yang kuat melalui peningkatan pendapatan pajak tanpa menaikkan tarif pajak langsung. Setelah penguatan tajam pada hari sebelumnya, USD/JPY stabil di atas 154,50, menunjukkan fase konsolidasi di pasar.
Emas Menguat di Tengah Ketidakpastian Global
Di sisi komoditas, harga emas (XAU/USD) kembali mencatatkan reli signifikan setelah naik lebih dari 1,5% pada Rabu. Logam mulia tersebut melanjutkan momentum bullish dan diperdagangkan di atas level USD 4.200 per ons pada Kamis pagi waktu Eropa.
Kenaikan emas didorong oleh melemahnya Dolar AS, ketidakpastian kebijakan The Fed, serta ekspektasi perlambatan ekonomi global yang meningkatkan minat terhadap aset lindung nilai.
Pergerakan pasar valuta asing hari ini mencerminkan fase penyesuaian dan kehati-hatian investor. Data ekonomi Inggris yang mengecewakan memberikan tekanan bagi Pound Sterling, sementara stabilitas Dolar AS menunggu arah kebijakan The Fed berikutnya.
Dari Asia, data positif Australia dan stabilitas Yen Jepang memberi warna pada perdagangan regional. Sementara itu, emas tetap menjadi pilihan aman di tengah ketidakpastian global.
Fokus investor selanjutnya akan tertuju pada komentar pejabat The Fed malam ini dan rencana rilis ulang data ekonomi AS untuk menentukan arah pergerakan pasar keuangan global pekan ini.
