USD Bergerak Bervariasi: Pasar Valas Menanti Kejelasan dari Pembukaan Pemerintah AS dan Sinyal The Fed
USD bergerak beragam di tengah pasar yang berhati-hati. Data tenaga kerja ADP yang lemah dan ekspektasi pembukaan kembali pemerintah AS menjadi faktor utama yang mempengaruhi arah USD menjelang keputusan The Fed.
Data ADP Lemah Tekan Dolar, Tapi Sentimen Global Membaik
Dolar Amerika Serikat (USD) diperdagangkan bervariasi hingga sedikit menguat pada Rabu (12/11/2025) dalam sesi perdagangan yang relatif tenang. Aktivitas pasar masih dalam fase konsolidasi setelah libur perdagangan di Amerika Utara, sementara pelaku pasar mencerna kombinasi faktor yang saling bertentangan — dari data tenaga kerja ADP yang lemah hingga harapan pembukaan kembali pemerintah AS.
Menurut laporan Kepala Strategi Valas Scotiabank, Shaun Osborne dan Eric Theoret, pergerakan USD kali ini mencerminkan keseimbangan antara tekanan dari sisi ekonomi dan dukungan dari sentimen politik. Para analis menilai bahwa ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed membuat pasar cenderung menunggu katalis baru sebelum menentukan posisi.
Dalam analisis Scotiabank, pelemahan USD yang berlanjut pada hari Selasa didorong oleh data tenaga kerja ADP mingguan yang menunjukkan penurunan rata-rata 11.500 lapangan kerja sektor swasta selama sebulan terakhir. Angka tersebut memperlihatkan perlambatan signifikan dalam penciptaan lapangan kerja, sebuah sinyal yang menambah tekanan pada The Federal Reserve (The Fed) untuk mempertimbangkan pemangkasan suku bunga tambahan pada akhir tahun.
Meski begitu, harapan akan segera berakhirnya penutupan pemerintahan AS (government shutdown) berhasil mengangkat sentimen pasar global. Bursa saham di berbagai kawasan mencatat penguatan, sementara obligasi Treasury AS menguat, mencerminkan ekspektasi pelonggaran moneter di tengah pelemahan data ekonomi.
Osborne menambahkan bahwa jika pemerintah AS resmi dibuka kembali dalam beberapa hari ke depan, maka data ketenagakerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) yang sempat tertunda diperkirakan akan dirilis dalam dua hingga tiga hari setelahnya. Rilis tersebut diyakini akan memberikan kejelasan lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi AS dan membantu pasar menentukan arah USD dalam jangka pendek.
Pergerakan Valas Dunia: Yen Melemah, Poundsterling Tertekan Isu Politik
Sementara itu, tren mata uang global bergerak bervariasi. Yen Jepang (JPY) tampil sebagai mata uang dengan kinerja terburuk, menembus level 155 per dolar AS, level yang memicu kekhawatiran intervensi pemerintah Jepang.
Menteri Keuangan Jepang, Katayama, memperingatkan bahwa pemerintah sedang memantau volatilitas pasar dengan rasa urgensi yang tinggi, terutama terhadap pergerakan satu arah yang tajam. Komentar ini menandakan bahwa intervensi verbal kembali digunakan sebagai langkah pencegahan untuk menahan pelemahan yen yang berlebihan.
Di sisi lain, Poundsterling (GBP) juga berada di bawah tekanan setelah muncul spekulasi tentang tantangan terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Keir Starmer. Meskipun tidak ada rilis data ekonomi besar dari Inggris pada hari itu, ketidakpastian politik memberikan efek negatif pada kinerja mata uang Inggris di pasar global.
Fokus Pasar Bergeser ke Pejabat The Fed yang Bernada Dovish
Perhatian pasar kini tertuju pada sejumlah pembicara Federal Reserve (The Fed) yang dijadwalkan memberikan pernyataan dalam beberapa hari ke depan. Di antaranya John Williams, Paulson, Waller, dan Miran, yang dikenal memiliki kecenderungan dovish atau mendukung pelonggaran kebijakan moneter.
Secara khusus, Gubernur The Fed Miran sebelumnya telah menyatakan dukungannya terhadap pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Desember. Pandangan ini menambah ekspektasi bahwa bank sentral mungkin akan mengambil langkah lebih agresif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, terutama setelah data tenaga kerja yang lemah menambah kekhawatiran terhadap perlambatan aktivitas ekonomi AS.
Perdebatan Internal di The Fed: Terpecah Soal Pemangkasan Desember
Jurnalis ekonomi ternama Nick Timiraos dari Wall Street Journal melaporkan bahwa pejabat The Fed saat ini terpecah mengenai kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Desember. Sebagian anggota dengan pandangan “hawkish” menilai bahwa inflasi belum cukup turun untuk membenarkan pelonggaran, sementara kelompok “dovish” berpendapat bahwa data ketenagakerjaan yang melambat adalah alasan kuat untuk segera bertindak.
Situasi ini menempatkan The Fed pada posisi yang sulit — di satu sisi ingin menurunkan suku bunga untuk menjaga momentum ekonomi, namun di sisi lain tetap harus berhati-hati agar tidak memicu kembali tekanan inflasi.
Menariknya, Presiden AS Donald Trump juga turut memberikan pernyataan pada hari Senin bahwa inflasi akan segera turun ke 1,5%, sebuah komentar yang mencerminkan dorongan politik agar The Fed segera memangkas suku bunga. Namun, para analis menilai bahwa mencapai inflasi di bawah 2% dalam waktu dekat masih sulit, kecuali terjadi serangkaian penurunan konsisten sebesar 0,1% per bulan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) — skenario yang saat ini dianggap kurang realistis.
Pasar Menunggu Kepastian: USD Berpotensi Bergerak Sideways
Dalam jangka pendek, pergerakan Dolar AS kemungkinan tetap dalam kisaran terbatas (sideways), sambil menunggu rencana pembukaan kembali pemerintah dan rilis data ekonomi resmi. Investor juga akan memantau komentar lanjutan dari pejabat The Fed, terutama mengenai arah kebijakan suku bunga menjelang akhir tahun.
Jika pembukaan kembali pemerintah AS disertai dengan data NFP yang lebih lemah dari perkiraan, Dolar AS berpotensi melanjutkan koreksi moderatnya. Namun, jika data ekonomi menunjukkan ketahanan yang kuat, Greenback bisa kembali menguat, menandakan pergeseran kembali ke aset berisiko rendah di tengah ketidakpastian global.
Perdagangan Dolar AS pada pertengahan pekan ini mencerminkan fase konsolidasi dan kehati-hatian investor global. Kombinasi antara data tenaga kerja yang lemah, ekspektasi pembukaan kembali pemerintahan AS, dan pandangan dovish dari pejabat The Fed membuat pasar masih mencari arah yang lebih jelas.
Dengan latar belakang politik yang dinamis dan kebijakan moneter yang penuh perdebatan, pelaku pasar tampaknya memilih untuk menunggu konfirmasi dari rilis data penting seperti NFP dan CPI sebelum mengambil posisi besar.
Dalam kondisi seperti ini, USD cenderung bergerak stabil dalam jangka pendek, dengan potensi volatilitas meningkat menjelang keputusan The Fed Desember mendatang.
