Selasa , 21 Oktober 2025 Harga Emas Terkoreksi Jauh dari Rekor, Dolar AS Menguat Jadi Penekan Utama
Harga emas dunia (XAU/USD) terkoreksi menjauh dari rekor tertinggi seiring penguatan dolar AS dan aksi ambil untung investor. Meski faktor geopolitik dan ekspektasi The Fed dovish masih mendukung, tren jangka pendek menunjukkan potensi koreksi menuju area $4.200.
Analisis Teknis: Sinyal Koreksi dari Kondisi Overbought
Harga emas (XAU/USD) mulai bergerak menjauh dari rekor tertingginya setelah mengalami tekanan jual di sesi Asia, Selasa (21/10/2025). Logam mulia ini terkoreksi dari level puncak sepanjang masa dan sempat menyentuh titik terendah harian di area $4.331–$4.330.
Kenaikan dolar AS selama tiga hari berturut-turut menjadi faktor utama yang mendorong aksi ambil untung di pasar emas, terutama setelah harga mencapai wilayah jenuh beli pada grafik harian. Momentum korektif ini terjadi di tengah suasana pasar global yang masih diliputi optimisme terhadap perundingan perdagangan AS–Tiongkok.
Secara teknikal, harga emas gagal mempertahankan tren naik yang sebelumnya terbentuk di atas zona $4.375–$4.380. Indikator Relative Strength Index (RSI) harian menunjukkan kondisi sangat jenuh beli, menandakan potensi kelelahan di sisi bullish.
Jika harga menembus area support $4.330, potensi koreksi lanjutan menuju $4.300 semakin terbuka. Penurunan di bawah level psikologis tersebut dapat memicu tekanan jual tambahan dan mempercepat penurunan menuju level support selanjutnya di $4.240 hingga $4.200.
Sebaliknya, apabila harga mampu kembali menembus area $4.375–$4.380, peluang untuk melanjutkan tren bullish kembali terbuka. Breakout di atas level $4.400 akan menandai fase penguatan baru bagi emas dan memperkuat tren kenaikan yang sudah terbentuk selama dua bulan terakhir.
Faktor Fundamental: Dolar Kuat Menekan Logam Mulia
Dari sisi fundamental, penguatan dolar AS menjadi penekan utama harga emas. Greenback kembali menarik minat beli investor untuk hari ketiga berturut-turut, memanfaatkan momentum risk-on di pasar saham global.
Optimisme pasar terhadap potensi perbaikan hubungan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok turut mengurangi permintaan terhadap aset safe haven seperti emas. Presiden AS Donald Trump menyatakan akan segera bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk mencapai “kesepakatan perdagangan yang adil,” langkah yang menenangkan kekhawatiran pasar terhadap eskalasi perang tarif.
Sentimen ini mendorong penguatan dolar dan menekan harga emas, seiring dengan meningkatnya selera risiko di kalangan investor global.
Kebijakan The Fed dan Risiko Penutupan Pemerintah AS
Meski demikian, pasar tetap menaruh perhatian besar terhadap prospek kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed). Berdasarkan alat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin akan dilakukan pada pertemuan Oktober dan Desember.
Ekspektasi kebijakan dovish The Fed ini dapat membatasi potensi penguatan lebih lanjut dolar AS dan menjadi penopang bagi harga emas dalam jangka menengah.
Selain itu, situasi politik di AS juga menjadi faktor penting. Penutupan sebagian pemerintah (government shutdown) yang sudah berlangsung tiga minggu memunculkan kekhawatiran terhadap dampak ekonomi domestik. Presiden Trump menuduh oposisi menghambat kesepakatan terkait anggaran dan kebijakan imigrasi, memperpanjang ketidakpastian fiskal di Washington.
Ketegangan Geopolitik Menjaga Daya Tarik Safe Haven
Di sisi geopolitik, ketegangan Rusia–Ukraina kembali menjadi sorotan pasar. Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan tuntutannya agar Ukraina menyerahkan seluruh wilayah Donetsk sebagai syarat perdamaian, sementara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan tegas menolak.
Kondisi ini menjaga tensi geopolitik tetap tinggi dan memberikan dukungan jangka menengah terhadap permintaan emas sebagai aset lindung nilai. Para investor memandang logam mulia sebagai pelindung terhadap ketidakpastian geopolitik dan risiko global yang meningkat.
Fokus Pasar Selanjutnya: Data Inflasi dan Rapat FOMC
Pelaku pasar kini menanti rilis data inflasi konsumen (CPI) AS yang akan diumumkan pada akhir pekan. Data ini dianggap penting karena dapat memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed.
Hasil CPI yang lebih tinggi dari perkiraan dapat memperkuat dolar AS dan menekan harga emas lebih dalam. Sebaliknya, data yang lebih lemah akan meningkatkan spekulasi pemangkasan suku bunga, membuka peluang rebound bagi emas.
Pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pekan depan juga menjadi agenda penting yang berpotensi menggerakkan pasar emas secara signifikan.
Tekanan Korektif Masih Terbuka, Tapi Dukungan Fundamental Tetap Kuat
Secara keseluruhan, harga emas masih berada dalam fase konsolidasi setelah mencetak rekor tertinggi. Tekanan korektif akibat penguatan dolar AS dan aksi ambil untung wajar terjadi dalam konteks tren naik jangka panjang yang masih utuh.
Selama ketegangan geopolitik dan ekspektasi kebijakan dovish The Fed terus berlanjut, emas diperkirakan akan tetap diminati sebagai aset pelindung. Namun, investor disarankan berhati-hati terhadap potensi koreksi jangka pendek menuju area $4.200 sebelum fase bullish kembali menguat.